Pada peringatan Hardiknas tersebut, Perguruan Silat Pelintau merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di kabupaten Aceh Tamiang ikut menunjukkan kebolehan dan ketangkasannya dalam membudayakan seni bela diri.
Ketua Perguruan Silat Pelintau Aceh Tamiang, Arsyad bin Abdul Halim didampingi Wakil Ketua Perguruan Silat Pelintau, Hanafi dikonfirmasi wartawan mengatakan bahwa, keikutsertaan perguruan silat pelintau pada peringatan Hardiknas ini merupakan suatu momen untuk membudayakan seni bela diri kepada para generasi muda.
Seni bela diri silat pelintau ini selain kesenian tradisional bela diri juga merupakan olahraga yang dapat dikembangkan sejak usia dini, sebutnya.
Seni pencak silat pelintau ini mempunyai beberapa adegan permainan, mulai dari permainan adegan tangan kosong, hingga menggunakan senjata berupa pedang, parang, pisau, arit dan Toya atau tongkat.
Arsyad menjelaskan bahwa seni beladiri pencak silat tradisional pelintau ini merupakan ekspresi budaya tradisional dalam bentuk gerakan silat yang bersumber dari pembelajaran manusia terhadap alam dan makhluk sekitarnya dengan diiringi musik tradisional yang diajarkan sejak turun temurun hingga sampai zaman digitalisasi.
Pencak silat pelintau ini didirikan oleh seorang maha guru yang bernama Almarhum OK Said Bin Unus, beliau mempelajari ilmu pencak silat tersebut dari hasil pengembara hingga pertapaannya di gunung titi tali akar yang berada di wilayah bagian hulu Tamiang, sebutnya.
Seiring berjalannya waktu, pencak silat pelintau ini kembangkan oleh Alm. Muhammad Bin Muda Dalam atau lebih dikenal dengan sebutan Nyak Timbang.
Selanjutnya, pencak silat pelintau ini dikembangkan oleh Guru Besar Almarhum Nukman Bin Karim dan hingga saat ini ia mengembangkannya sekaligus menjadi guru besar perguruan seni pencak silat pelintau Aceh Tamiang yang beralamat di Desa Medang Ara Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, ucap Arsyad.
Sejak berdirinya perguruan silat pelintau, banyak event kegiatan serta prestasi yang diperoleh diantaranya, pertunjukan silat didepan Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno pada kunjungannya ke Kuta Raja, Banda Aceh pada tahun 1957.
Pertunjukan pekan seni budaya Aceh pada tahun 1972, memenuhi undangan Guru Besar Umarden pada festival pencak silat di negeri Jiran Malaysia pada tahun 1975.
Pertunjukan festival seni pencak silat di danau Singkarak – Sumatera Barat pada tahun 1988, Pertunjukan festival seni pencak silat di Istiqlal Jakarta pada tahun 1991 dan, Festival Trade and Tourism Fair di Kota Lhokseumawe pada tahun 1997.
Kemudian, memperoleh juara 1 pada festival pencak silat pekan Budaya Aceh di Banda Aceh pada tahun 2004, Pertunjukan festival olahraga di Jogjakarta pada tahun 2004, festival pencak silat melayu serumpun di Siak – Riau pada tahun 2007.
Kemudian, mengikuti festival pencak silat dalam rangka ulang tahun IPSI ke 60 di padepokan pencak silat Jakarta pada tahun 2008, pengukuhan Calon Legislatif DPR-RI di Depok pada tahun 2013.
Berikutnya pada tahun 2014, perguruan silat pelintau turut serta dalam rangka temu penyair SE Asia Tenggara di Cilegon Banten dan pada tahun 2019 mengikuti pekan Budaya Nasional di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta dan perlu diketahui bahwa, pada 08 Oktober 2019 Silat Pelintau ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Jakarta.
Tidak hanya sebatas itu, pada tahun 2020 Perguruan Silat Pelintau juga mengikuti open Internasional Tradisional Seni Pencak silat di Nederland dan selanjutnya di 2020 perguruan silat pelintau juga mengikuti event seni silat Selangor Martial Art Malaysia.
